Menapak Jejak: Kisah inspiratif Seorang Guru TK Dharma Bakti - EDUKASIPERS.ORG

Breaking News

Menapak Jejak: Kisah inspiratif Seorang Guru TK Dharma Bakti

Dok. Edu | Ifah

Edukasipers.org - Terjalnya jalan berlapis kabut di pagi hari telah berkawan dengan sosok guru tangguh dari Desa Parayangan. Bagaimana dia tidak kami sebut tangguh jika seluruh raganya ia kerahkan untuk mengabdi di sebuah taman kanak-kanak (TK) yang tak mempunyai gedung sendiri. Setiap pagi matanya dimanjakan oleh semilir angin sejuk dengan hamparan luas pepohonan hijau sepanjang perjalanan menuju TK Dharma Bakti. Sesekali, keindahan gunung-gunung terlihat sangat dekat di balik rindangnya pepohonan.

Begitulah cerita pagi Hamidah, sosok tangguh pendiri TK Dharma Bakti, setiap berangkat mengajar. Dia menjabat sebagai kepala sekolah dari awal berdiri lembaga hingga saat ini. Kala itu, kami berkesempatan berbincang-bincang dengan sosok guru tangguh tersebut. Dia banyak menceritakan jejak perjalanannya dari awal berdirinya sekolah TK tersebut hingga saat ini mempunyai 5 ruang kelas. Di tengah perbincangan hangat itu, kami sempat meneteskan air mata, sebab perjuangannya sangat begitu nyata dan terlihat.

Awal mulanya, TK ini masih bergabung dengan gedung kantor Balai Desa Parayangan, dikarenakan memang sekolah TK tersebut belum mempunyai gedung secara mandiri. Akibatnya, kegiatan belajar mengajar menjadi kurang efektif dan efisien sebab seringkali terkendala acara-acara yang dilaksanakan oleh perangkat-perangkat desa serta kegiatan desa lainnya. Tidak bisa diungkiri memang kenyataannya seperti itu. Sekolah TK hanya menumpang dan hak sepenuhnya menjadi milik balai desa, jadi mau tak mau harus mengalah.

Seiring berjalannya waktu, Hamidah mempunyai impian untuk membangun gedung sekolah sendiri supaya tidak selalu menggunakan gedung balai desa. Namun, selama bertahun-tahun hal tersebut hanyalah menjadi impian semata. Hingga akhirnya pada suatu waktu tibalah kelompok kuliah kerja nyata (KKN) yang juga sedang mengabdi di desa tersebut. Singkat cerita, saat acara perpisahan KKN tersebut mereka mengundang perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam acara tersebut kelompok KKN membantu mengajukan anggaran dana untuk pembangunan gedung sekolah TK ini.

Usaha tersebut membuahkan hasil dengan didapatkan dana dengan nominal 10 juta rupiah. Sayangnya, dana tersebut hanya mampu membangun satu ruang saja yang dipergunakan untuk kantor guru. Tanpa pikir panjang, Hamidah dan beberapa guru lainya berinisiatif untuk membuka donasi kepada para wali murid guna menyelesaikan pembangunan yang hampir terbengkalai karena kekurangan dana. Syukurlah para wali murid sangat antusias dalam hal ini. Tidak lama kemudian, setelah dana terkumpul, akhirnya berdirilah gedung TK dengan 4 ruang kelas dan 1 kantor guru. Impian sosok guru paruhbaya yang sangat tangguh itu tercapai. Kini anak-anak didiknya bisa belajar dengan nyaman dan efektif.

Perjuangan Hamidah belum usai sampai di sini. Setelah pembangunan sekolah selesai dan  muridnya yang semakin bertambah, pada akhirnya TK ini kekurangan tenaga pendidik. Hamidah sigap mengambil langkah dengan meminta bantuan kepada saudara-saudaranya untuk membantu mengajar di TK. Bukan berarti tanpa syarat hal tersebut diajukan Hamidah, mereka harus kuliah terlebih dahulu. Beberapa dari mereka dikuliahkanlah oleh kepala sekolah paruh baya itu sampai menyandang gelar sarjana Strata-1 bidang pendidikan. 

Jadi, selama mereka kuliah mereka tidak meninggalkan kewajiban mereka mengajar anak didiknya di desa. Satu minggu digunakan untuk mengajar lalu minggu berikutnya difokuskan untuk kuliah. Ini ditempuh dengan jarak yang cukup jauh yakni Surabaya, Jember, Jakarta dan lain sebagainya. Namun, semangat mereka patut diapresiasi, mereka tidak pernah mengeluh apalagi putus asa demi mencerdaskan anak-anak bangsa.

Lagi-lagi, perjuangan Hamidah untuk menghidupkan sekolah TK ini tak berhenti sampai disini. Dia dengan kerelaan yang besar mengajarkan segenap ilmunya dan mengerahkan seluruh tenaganya untuk TK ini tanpa upah sepeser pun. Hal tersebut bukan tanpa sebab. Pada kenyataannya uang SPP dari wali murid pun kebanyakan menunggak, bahkan ada yang tidak membayar sama sekali. Karena hal itu, upah guru tidak bisa tersalurkan dengan baik. Namun, karena semangat juang dan ketulusan hati para guru-guru tersebut terutama Hamidah mereka ikhlas dan dengan sepenuh hati mengajarkan ilmunya guna mencetak generasi bangsa yang cerdas juga bisa bersaing di kancah internasional di masa yang akan datang.

(Mahida Binti Harifah)(Wardatuz Zakiyah)

Tidak ada komentar