Teknologi Melambung, Minat Baca Terjun?
Doc. Edu|Google |
Oleh: Ainur Rochmah
Buku sebagai
jendela dunia, berarti dengan membaca buku kita dapat mengetahui dunia. Karena
di dalam buku terdapat berbagai macam informasi baik mengenai unsur, kejadian,
proses dan segala hal terkait dunia. Tidak hanya itu, buku dapat meningkatkan
kualitas seseorang melalui pengetahuan yang ia dapat dari membaca dan menyelamatkan
seseorang dari jurang kebodohan. Karena dengan membaca akan membuka wawasan
seseorang tentang dunia. Akan tetapi, apakah di era kemajuan teknologi saat ini
buku tetap dianggap sebagai jendela dunia?Tidak dapat dipungkiri, Kehidupan manusia yang bermula dari kesederhanaan kini berubah menjadi kehidupan yang dapat dikategorikan sangat modern. Hal ini, disebabkan oleh kemajuan teknologi. Pada awalnya, Teknologi diciptakan untuk mempermudah semua aspek kehidupan manusia. Kini teknologi berkembang sangat pesat mengikuti perkembangan zaman, bahkan semakin canggih dan efisien. Tentu segala sesuatu tidak serta merta hanya memiliki sisi positif, tetapi juga memiliki sisi negatif tidak terkecuali kemajuan teknologi.
Salah satu contoh dari kemajuan teknologi ialah handphone/smartphone. Sudah menjadi hal yang lumrah bahwa smartphone kini menjadi salah satu teknologi yang sangat diminati seluruh kalangan baik muda maupun berumur. Indonesia sendiri berada di urutan ke-6 sebagai negara pengguna smartphone terbanyak di dunia, dikutip dari idntimes.com. Smartphone seakan menjadi bagian penting dari kehidupan manusia yang tidak bisa dipisahkan. Oleh karena itu, tidak sedikit orang terlena akan kecanggihan dan kepraktisan yang diberikan oleh smartphone. Membuat mereka memilih melakukan segala sesuatu hanya dengan smartphone.
Hal tersebut tentu akan menggeser beberapa fungsi dari suatu barang. Contoh yang paling umum kita temui adalah buku. Dahulu, seseorang mencari informasi atau sebuah wawasan dengan membaca buku. Kini seseorang akan lebih memilih mencari informasi menggunakan smartphone karena cenderung lebih cepat tanpa harus bolak balik ke perpustakaan. Hal ini menjadikan buku-buku seolah-olah hanya menjadi pajangan dan perpustakaan juga jarang dikunjungi. Seperti yang dilansir dari kompassiana.com “Pesatnya perkembangan dunia teknologi dengan segala fitur-fiturnya “memanjakan” anak-anak muda membuka sosial media ketimbang membaca buku. Akibatnya nasib buku-buku di perpustakaan tak ubahnya susunan debu sebagai sarang hantu”.
Pergeseran alih fungsi tersebut, tentu akan menumbuhkan beberapa atau bahkan banyak dampak negatif terhadap sesuatu. Salah satunya yakni minat membaca. Ketika buku sudah tidak lagi diharapkan maka minat membaca seseorang juga akan mengalami penurunan. Hal ini telah terjadi di Indonesia. Saat ini Indonesia mengalami krisis literasi, fakta ini dilandaskan pada riset Central Connecticut State University 2016, yang mengatakan literasi Indonesia berada di tingkat kedua terbawah dari 61 negara, hanya satu tingkat dari Bostwana. Tidak hanya itu, dari riset UNESCO juga mengungkapkan bahwa hanya 1 dari 1000 orang di Indonesia yang membaca buku.
Dari beberapa riset yang ada menjadi bukti mirisnya minat baca masyarakat Indonesia. Hal ini, tentu menjadi permasalahan besar yang harus diselesaikan oleh seluruh aspek yang ada di Indonesia. Banyak sekali cara yang bisa dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat dalam menangani permasalahan tersebut, beberapa cara tersebut ialah:
Yang pertama, pemerintah harus memaksimalkan fungsi perpustakaan sebagai tempat membaca dan meminjam buku. Dengan memperbaiki fasilitas yang ada di perpustakaan sehingga akan membuat seseorang lebih tertarik dan nyaman membaca buku di tempat tersebut. Tidak hanya itu, karena sebagian besar warga Indonesia banyak yang menggunakan smartphone, maka kita dapat mengkombinasikan perpustakaan dengan teknologi seperti dalam proses peminjaman secara online. Lalu, sebaiknya pemerintah melengkapi buku-buku yang ada di perpustakaan atau perpustakaan juga menyediakan buku digital atau e-book, karena banyak terdapat perpustakaan yang kurang lengkap dalam menyediakan buku, sehingga banyak yang beralih menggunakan smartphone sebagai ladang informasi.
Selanjutnya, hal terpenting yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran diri akan pentingngnya membaca dan pandai dalam menggunakan smartphone, karena beberapa orang hanya menggunakan smartphone untuk bermain atau bermedia sosial. Tidak menggunakan smartphone sebagai media untuk membaca.
Dengan melakukan beberapa cara tersebut diharapkan minat membaca yang kritis akan membaik dan cenderung meningkat. Teknologi boleh beranak pinak, akan tetapi minat membaca jangan sampai punah. Karena dengan membaca akan memberikan dampak posistif bagi suatu negara dan terkhusus dirinya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar