Asimetris; Tradisi Menyelamatkan Alam
Dok Edu | Ahmad |
Edukasipers.org
–Nonton Bareng dan diskusi film Asimetris pada (28/3/2018) yang diadakan oleh Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Perempuan Nahdlatul Ulama
(IPPNU), Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Solidaritas dan Frot Nahdliyin Untuk
Sumber Daya Alam (FNKSDA) di Gedung Auditorium UIN Sunan Ampel Surabaya.
Wahyu Eka Setyawan sebagai
pemantik mengatakan “Saya yakin, setiap masyarakat memiliki kearifan lokal
tersendiri, yang mana masyarakat menghormati dan menghargai alamnya, karena diyakini
memiliki kekuatan.
Wahyu selaku aktivis
FNKSD Surabaya menambahakan “Masyarakat memiliki undang-undang tersendiri, seperti
cuplikan film Asimetris yang menggambarkan seorang petani sedang melakukan
rutinitas –menyiapkan sesajen, beras, hewan dan karet. Hal tersebut memiliki filosofi
tersendiri terhadap alam -tidak berlebih-lebihan terhadap alam, akan tetapi
untuk kesejahteraan bersama.
“Kalau di desa saya setelah Mangrib memberikan
memberikan beras jagung sebagai tardisi,”. Cerita Wahyu Eka Setyawan Pemantik
film Asimetris mengenai keadaan setiap desa yang memiliki tradisi
masing-masing.
Haidar Adam selaku
pemantik dan dosen Fakultas Hukum Universitas Airlangga (UNAIR) juga
mengatakan, film Asimetris juga ada gambaran tradisi menyelamatkan alam.
Dari film Asimetris
yang menceritakan peristiwa kebakaran atau kabut asap di Sumatera, Kalimantan,
Sulawesi dan Papua. Saras selaku selaku penonton dan aktivis Koalisi Perempuan Indonesia (KPI) Surabaya menanggapi.
Film ini memang
film kesekian yang mengungkapkan kesengsaraan rakyat. Dalam basis ini petani
kelapa sawit. Dan film Asimetris ini, membuka wawasan dan barangkali menampar
kesadaran dibenak masing-masing penonton.
(AA/ADP)
Tidak ada komentar
Posting Komentar