Alasan Kecemasan Pelajar Indonesia - EDUKASIPERS.ORG

Breaking News

Alasan Kecemasan Pelajar Indonesia

 

Dok. Edu | Google

Oleh: Faticha Uhti Habibah

Kartono K., penulis buku Kamus Psikologi, menyatakan gangguan kecemasan (anxiety disorders) adalah sindrome psikiatris klinis, dimana masalah kecemasan sangat kuat (intens) dapat diamati, kecemasan ini dapat tertutup atau dikurangi oleh proses-proses lain seperti yang terdapat pada beberapa gangguan-gangguan tingkah laku lainnya.

Kecemasan bisa dialami semua orang, namun pada taraf ini hal tersebut menakuti seseorang tidak wajar, sehingga menggangu hari-harinya. Gangguan ini berpotensi terjadi pada siapa saja dan dari kalangan apa saja. Salah satu contoh yang ironis adalah marak terjadinya kasus ini pada pelajar Indonesia.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan tahun 2020, terdapat 18.373 pelajar Indonesia yang mengalami gangguan kecemasan dan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Apakah sebenarnya yang membuat pelajar rentan mengalami cemas yang berlebih?

Tugas dari guru adalah bentuk pembinaan disiplin dan tanggung jawab kepada siswanya. Namun, tugas menumpuk menjadi masalah tersendiri bagi pelajar. Tugas yang tidak sedikit dengan tenggat waktu bersamaan pastinya membuat siapa saja bingung dan cemas harus memulai dari mana.

Belum lagi kebanyakan pelajar jarang aktif di kelas dan takut bertanya saat kurang mengerti, berujung mereka membiarkan tugas itu menumpuk hingga mendekati deadline pengumpulan. Lalu apa yang terjadi? Mereka kemudian panik dan cemas sendiri. Gangguan kecemasan ini menimbulkan rasa tidak percaya diri pada pelajar dan membuat mereka meragukan dirinya sendiri.

Dari beberapa riset yang ada, tidak sedikit pelajar menghindari sekolah karena tugas. Tugas yang banyak menumpuk, materi pembelajaran yang kurang dipahami, serta kurangnya kepekaan dari orang sekitar baik teman, guru, maupun keluarga memicu rasa tertekan. Putus sekolah menjadi akhir dari semua masalah ini yang tentunya menimbulkan banyak masalah baru. Hal ini hanya bagian sedikit permasalahan akibat gangguan kecemasan pada pelajar. Bagaimana dengan angka-angka pelajar bunuh diri kian bertambah?

Kementerian Kesehatan dilansir dari Merdeka.com, mencatat keinginan untuk bunuh diri telah menyasar anak pada kisaran SMP sampai SMA, dari hasil survei 10.837 responden, sebanyak 4,3 persen lali-laki dan 5,9 persen perempuan memiliki keinginan untuk bunuh diri.

Penjelasan di atas menunjukkan betapa buruknya gangguan kecemasan (anxiety disorder) bagi pelajar. Untuk mengatasi segala permasalahan ini perlu peran aktif dari seluruh masyarakat lingkungan sekitar dan terutama diri kita sendiri. Kita harus menjaga kesehatan mental kita dengan cara menghargai diri sendiri dan tidak pernah menunda-nunda tugas yang berakhir semakin memberatkan kita. Keluarga khususnya kedua orangtua harus mengenali dan menjadi sandaran pada masalah-masalah yang dialami anak.

Selain itu, aspek yang tak kalah penting adalah para penggiat pendidikan. Pendidik, pemerintah, instansi pendidikan, hingga masyarakat mengantongi pekerjaan rumah besar menuntaskan masalah ini. Sistem pendidikan di Indonesia sepatutnya dirumuskan oleh pemerintah yang berwenang dalam kesadaran akan pentingnya mental peserta didiknya. Dalam usaha mencerdaskan bangsa, bukan hanya menuntut mengerjakan tepat waktu dan kesempurnaan, pendidik baik harusnya membimbing generasinya untuk belajar dan berkembang disekolah.

Dengan beberapa aspirasi tersebut diharapkan pelajar Indonesia mendapatkan kenyamanan dalam menuntut ilmu. Belajar dengan semangat tanpa adanya tekanan dan kecemasan tentu menjadi keinginan semua pihak. Karena generasi yang sadar dan terpelajar adalah penggerak bangsa di masa yang akan datang.


1 komentar

Machus mengatakan...

Nice artikel