Mengasah Berpikir Kritis Melalui Metode Six Thinking Hats - EDUKASIPERS.ORG

Breaking News

Mengasah Berpikir Kritis Melalui Metode Six Thinking Hats


Dok. Edu | binaracademy.com

Berpikir kritis ialah suatu kemampuan dalam mengarahkan pikiran secara rasional dan tertata untuk mengambil keputusan ataupun menemukan solusi suatu permasalahan. Kemampuan berpikir kritis atau critical thinking sangat dibutuhkan bagi mahasiswa. Melalui berpikir kritis mahasiswa mampu melakukan refleksi atas pikiran. Sehingga dapat dituangkan dalam bentuk perkataan ataupun perbuatan yang nyata.

Menurut seorang filsuf bernama Robert Ennis, berpikir kritis diartikan sebagai suatu penalaran terhadap keyakinan atau tindakan. Berpikir kritis memiliki titik fokus untuk menginternalisasi apa yang dipercayai dan merealisasikan apa yang seharusnya dilakukan. Dari hal tersebut, orang yang berpikir kritis berarti mereka memiliki daya analisis yang tinggi. Baik dalam menerima informasi ataupun menyintesis suatu informasi sebelum terwujud dalam aksi.

Pada era perkembangan teknologi yang begitu cepat ini, berpikir kritis menjadi soft skill yang dibutuhkan setiap orang. Dalam dunia pendidikan, pemikiran kritis juga banyak diperlukan. Sebagaimana contohnya ketika hendak memutuskan kebijakan baru mengenai sistem pendidikan. Tentu, pemikiran kritis akan mendorong para akademisi dan tokoh-tokoh terkait untuk menganalisis sebab akibat serta kemungkinan yang akan terjadi setelah diterapkannya kebijakan baru.

Edward de Bono pada 1986 mencetuskan suatu metode yang ia beri nama Six Thinking Hats atau enam topi berpikir. Metode ini dapat digunakan dalam mengasah kemampuan berpikir kritis dengan cara yang lebih mudah. Enam topi berpikir ini dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sebelum mengambil keputusan, melakukan tindakan, atau mencari solusi dari suatu permasalahan.

Six Thingking Hats menghindarkan manusia dari bias kognitif serta prasangka. Sebab, dalam metodenya, Edward de Bono telah membagi topi berpikir dalam enam warna. Masing-masing warna tentu memiliki karakter berpikir tersendiri. Dari karakter setiap topi inilah setiap individu bisa belajar bagaimana cara mengasah pikiran untuk dapat berpikir secara kritis serta efektif.

Topi pertama adalah topi warna putih. Topi warna putih mencerminkan pengambilan informasi. Topi ini identik dengan pemerolehan fakta dari berbagai sumber informasi. Kemudian, fakta yang ada dapat menjadi data yang sifatnya objektif. Yang kedua adalah topi warna kuning. Warna kuning memiliki makna peluang, semangat yang tinggi, serta optimis. Dari topi warna kuning, manusia belajar untuk fokus pada hal-hal baik yang bisa bermanfaat sebagai titik tumpu pengambilan keputusan atau pencarian solusi.

Ketiga, topi warna merah. Topi ini melambangkan hal yang sifatnya berasal dari emosi manusia. Seperti adanya intuisi, perasaan, serta pengungkapan suatu hal. Dengan topi merah manusia bisa mengandalkan kecerdasan emosional yang dimilikinya. Yang keempat yaitu topi berwarna hitam. Warna gelap dimaknai sebagai suatu risiko yang akan terjadi. Dengan topi ini, manusia belajar menganalisis risiko apa yang memungkinkan akan terjadi setelah diambilnya suatu keputusan. Melalui topi hitam, individu dapat merancang strategi atau alternatif jika terjadi kegagalan.

Kelima, topi warna hijau. Warna hijau berkaitan erat dengan pertumbuhan. Maknanya adalah topi warna hijau memiliki ide dan gagasan yang luar biasa untuk menumbuhkan atau mengembangkan sesuatu. Topi ini berkaitan dengan hal-hal baru yang kreatif serta out of the box. Terakhir, ada topi warna biru. Dalam metode ini, Edward de Bono berpendapat jika topi biru bermakna pemikiran yang terstruktur dan memahami risiko. Topi biru adalah pengendali topi hijau yang out of the box.

Metode Six Thinking Hats yang dicetuskan oleh Edward de Bono ini mengajari setiap orang untuk mampu menerima informasi dengan baik. Proses penerimaan informasi yang baik pada topi putih, akan berdampak pada topi-topi yang lain. Melalui informasi yang ditangkap pikiran, setiap orang akan terpengaruh dalam cara berpikir, penyampaian gagasan, hingga ide-ide yang dihasilkan. Di samping itu, dari setiap ide yang ada, mengetahui peluang dan risiko juga menjadi acuan yang harus dipahami agar suatu pengambilan keputusan atau solusi bisa berjalan dengan terstruktur.

Dengan menerapkan metode Six Thinking Hats, seorang individu bisa lebih dalam lagi ketika menganalisis suatu kejadian. Metode ini banyak memberikan pedoman dalam cara berpikir kritis yang sistematis. Six Thinking Hats adalah salah satu cara berpikir kreatif di zona pertumbuhan. Walaupun demikian, dalam metode ini individu harus memahami setiap risiko yang terjadi dari pengambilan keputusan.


(Dita Dwi Cahyani)

Tidak ada komentar